Dari Kopral Sampai Jenderal Masih Seperti yang Dulu?
11 Desember 2022 | Dilihat: 74 Kali
noeh21
Brigjen Pol. Chryshnanda DL, mengikuti tarian kanvas sesuai imajinasinya
    
BRAVO8NEWS.COM - Dari Kopral taruna sampai Brigadir Jenderal masih saja ditakut takuti dan dibuli. Hanya ancamannya berbeda. Kopral taruna ancamannya menghadap senior dan hukumannya jelas dengan pembinaan fisik. Setelah hampir pensiun kehidupan resimen masih berlanjut.

Pada waktu Kopral Taruna saya membuat kartun : " seorang Kopral Taruna sedang push up di bawah gantungan ember ember ". Alm bang Herman Febrianto melihat dan memasang di Pitar ( Papan Informasi Taruna ). Menjelang apel malam banyak senior melihat Pitar. Melihat kartun saya, sontak beberapa senior marah :" ini menghina AP ( Adi Pradana )".

 AP adalah nama batalyon tingkat dua ( Sersan Taruna). Mereka segera mencari :" siapa yang nggambar ini ?". Usut punya usut tim dekor dan ketahuan saya yang membuat. Ya sudah barang tentu resiko saya tanggung. Mau tidak mau saya ditindak tegas dan keras oleh senior senior saya.

Masa taruna selesai ditindak selesai tidak ada masalah dendam atau hal yang berkepanjangan. Kartun saya masih juga terpampang di Pitar, malah banyak yang tertawa, mereka terhibur. Mereka paham saya tidak tendensius dan tidak berniat menghina siapa siapa.

Ketika saya mulai sekolah dan mengajar mulailah menulis secara konseptual atau teoritikal. Ajaran guru saya Prof. Parsudi Suparlan untuk tidak menghakimi, tidak tendensius, tidak menyalahkan tetapi belajar dari kesalahan. Apa yang saya tulis untuk kepentingan mengajar, juga untuk penilaian kumulatif ( kum ) persyaratan menjadi Guru Besar.


Di dalam tulisan tulisan saya tidak menyebut tempat atau nama atau waktu kejadian. Tiba tiba ada yang marah, menganggap saya celometan dan akan dibedil. Saya juga heran tulisan yang mana, saya tidak menyerang siapa siapa. Saya menulis bagai kentut, kalau ada yang baper terus marah marah akibat nyedot kentut saya, sebenarnya ini menunjukan dia pelakunya dan betapa bodohnya ada udara segar kok nyedot kentut.

Jack Ma mengatakan :" kalau kamu belum kaya dan belum terkenal, kata kata mutiaramu bagaikan kentut. Kalau kamu kaya dan terkenal kentutmu menginspirasi.
Saya juga heran di suatu kelas, untuk bertanyapun dilarang. Saya sampai berpikir apa yang ditakutkan dari saya.

Sering kali saya merenung dalam hati, cita cita saya hanya ingin masuk AKABRI, sudah lulus dan bisa punya pangkat tinggi. Saya bandingkan dengan orang tua saya yang pangkat, jabatan tidak punya, bisa hidup bersahaja, menghidupi 7 anak dan menyekolahkan walau sebatas SMA. Perasaan saya juga hanya untuk ganjel saja.

Pangkat dan jabatan saya juga tidak ngoyo. Menulis dan melukis memang kegemaran saya. Mengasah hati dan agar tetap waras tidak menjadi dungu. Pangkat jabatan boleh berubah namun kebersahajaan ini yang semestinya di jaga. Mengapa semakin tinggi pangkat dan jabatan semakin baper.

Kadang kadang saya bertanya dalam hati :" apakah kalau punya kuasa jadi pejabat harus jahat? Harus ngancam ngancam, harus membuli, harus jaim, sok serius. Gaya mandor kawat memang gawat kerja nol maunya kebagian paling besar.

Ya begitulah seperti lagu lawasan "masih seperti yang dulu", ditakut takuti diancam, dan semakin tinggi bukannya semakin akrab malah saling baperan. Kaum kaum dolop yang tidak tahu apa apa malah dipercaya, dan mereka ikut menentukan, ikut membuli, ikut menghakimi dan lebih kejam lagi demi bisnis mereka.

 Menjadi waras, kritis dan humoris memang hanya untuk andahan, semakin ke atas apakah kenyamanan saja yang dibutuhkan? Apakah menjilat dan gaya renang katak, modal sungkem ke atas, ngemplang ke samping dan menginjak ke bawah, yang dikatakan loyal, patriotik, dan cinta institusi? Tidak ada yang tahu karena kebenaran sudah banyak dibumbui pembenaran sehingga yang aktual bisa berbeda bahkan bertentangan dari yang ideal.(CDL) Kawasan Ayem 111222